Irigasi Tenaga Surya Energi Terbarukan


Keterbatasan akses energi tidak menghalangi warga di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengembangkan ekonomi. Kurniadi Winarso, praktisi di bidang energi terbarukan, baru-baru ini mengunjungi tiga wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dalam perjalanannya selama 2 minggu ia mengunjungi 3 kabupaten di NTT yang kebetulan berada di 3 pulau berbeda : Kab Sabu Raijua di Pulau Sabu, Kab Rote Ndao di Pulau Rote dan Kab Sumba Timur di Pulau Sumba .
Ketiga daerah ini menurut Kurniadi ternyata memiliki potensi luar biasa di bidang pertanian, peternakan dan perikanan laut.
Daerah yang tahun lalu masih tandus tahun ini sudah mulai tampak warna hijau rumput di seluruh permukaan pulau. Beberapa koloni sapi dan kuda tampak berlarian di padang rumput yang sangat luas. Pemandangan ini bisa dinikmati dari atas pesawat jika Anda mengunjungi wilayah ini.
Berita-berita tentang kekurangan air di tiga wilayah ini menurut Kurniadi sama sekali tidak terbukti. Kenyataannya ketiga pulau itu memiliki sumber air yang luar biasa baik dari sisi debit maupun kualitas.
Masalahnya adalah sumber-sumber air tersebut belum termanfaatkan secara maksimal. Artinya ini hanya masalah yang sangat sederhana dan mudah dipecahkan.
Potensi air di Pulau Sabu adalah salah satu contohnya. Pulau yang secara fisik didominasi oleh bebatuan dan karang ini menurut Kurniadi pantas mendapat perhatian lebih karena memiliki potensi yang strategis untuk pengembangan dan peningkatan taraf hidup masyarakat setempat, khususnya di sektor pertanian.
Beberapa mata air alam yang ada di Pulau Sabu merupakan mata air alam yang tidak pernah kering pada musim kemarau, sehingga sangat berpotensi dijadikan sumber air irigasi untuk areal pertanian padi, pertanian hortikultura dan padang rumput (peternakan) di sekitar mata air.
Di bidang pertanian, menurut Kurniadi, lokasi di daerah seputar sumber air adalah tanah yang sangat subur, tapi masyarakat hanya mengolah wilayah tersebut sebagai lahan pertanian pada musim hujan saja.
Posisi lahan pertanian lebih tinggi dari posisi sumber air sehingga air yang melimpah tidak bisa dimanfaatkan secara maksimal. Di bidang peternakan, khususnya peternakan sapi, kambing dan kuda, areal padang rumput yang tersedia sangat luas dan potensial.
Dengan sistem pengairan yang baik, maka rumput di areal tersebut akan tumbuh dan menjadi makanan ternak yang melimpah. Cara masyarakat NTT dalam beternak sangat efisien karena ternak hanya dilepas saja di padang rumput, sehingga tidak ada biaya penyediaan pakan ternak seperti yang umumnya dilakukan di Pulau Jawa.
Jika potensi ini kita dorong maka tidak mustahil Pulau Sabu akan menjadi salah satu sentra peternakan nasional. Keterbatasan pasokan energi konvensional di Pulau Sabu menjadi pertimbangan utama untuk mendesain sistem pompa air tenaga surya.
Sistem Pompa Air Tenaga Surya (pompa surya) tidak membutuhkan BBM sehingga tidak memerlukan iuran dari para pengguna air dan tidak terpengaruh oleh kenaikan harga BBM.
Pompa surya juga tidak membutuhkan tenaga operator untuk mengoperasikan sistem ini dan memiliki usia pakai yang jauh lebih panjang disbanding sistem pompa diesel.
Karena energi pompa berasal dari cahaya matahari, maka volume air yang dihasilkan oleh sistem pemompaan lebih banyak saat kemarau, sedangkan saat musim hujan volume air yang dipompa lebih sedikit.
Dengan cara ini maka keseimbangan dan kesetabilan pasokan air bisa lebih terjaga. Wilayah Rote memiliki periode kemarau yang lebih panjang daripada periode hujan, sehingga sistem pompa surya ini cocok diterapkan di wilayah ini.
Dalam proyek percontohan, sistem pompa didesain untuk menyediakan pengairan untuk wilayah perkebunan jagung seluas 50 Ha.
Berdasarkan hasil survey dan wawancara dari petani, dibutuhkan pompa berkapasitas 343 m3/hari untuk menggantikan mesin pompa berbahan bakar bensin dengan kapasitas 100 liter/menit (0,1 m3/menit) yang biasa digunakan untuk mengairi lahan.
Menurut Kurniadi, jika air tersedia, apapun bisa tumbuh di Pulau Sabu, Rote dan Sumba. Jika tata distribusi air bisa disediakan, wilayah ini akan menjadi pemasok utama produk ternak dan pertanian pada masa datang, sehingga Indonesia tidak perlu tergantung sapi impor dari Australia dan Selandia Baru. Semoga.
No comments :

No comments :